Teori Self Efficacy Bandura
1.1. Dasar Teori Self Efficacy
Pada bagian
ini akan diuraikan mengenai definisi self efficacy, fungsi self
efficacy, dan faktor yang mempengaruhi self efficacy.
1.1.1.
Definisi Self
Efficacy
Self
efficacy menurut Bandura (1997) didefinisikan
sebagai: “perceived self efficacy refers to beliefs in one’s capabilities to
organize and executer the courses of action required to produce given
attainments “.
Sejalan
dengan itu, Myers (1994) menyatakan bahwa self efficacy adalah: “A
sense that one is competent and effective. Distinguished from self esteem, a
sense of one’s self worth. A bombardier might feel high self efficacy and low
self esteem”(hal 81).
Panjares
(dalam Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self efficacy adalah: sebuah
penilaian spesifik yang berkaitan dengan konteks mengenai kompetensi untuk
mengerjakan sebuah tugas spesifik. Woolfolk (2004) juga menyebutkan bahwa
self efficacy adalah kepercayaan mengenai kompetensi personal dalam sebuah
situasi khusus.
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah
penilaian seseorang tentang apa yang dapat dilakukan dengan ketrampilan apapun
yang dimilikinya. Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan kompetensi dan
efektifitas.
1.1.2. Fungsi Self Efficacy
Self
efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar
perkiraan tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang
(Bandura, 1986). Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri juga berfungsi
sebagai suatu determinan bagaimana individu tersebut berperilaku, berpola
pikir, dan bereaksi emosional terhadap situasi-situasi yang sedang dialami.
Keyakinan diri juga memberikan kontribusi terhadap kualitas dari fungsi
psikososial seseorang.
Bandura
(1986) menjelaskan fungsi dan berbagai dampak dari penilaian self efficacy
antara lain sebagai berikut:
a.
Perilaku memilih.
Dalam
kehidupan sehari-hari, individu seringkali dihadapkan dengan pengambilan
keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan lingkungan sosial yang ditentukan
dari penilaian efficacy individu. Seseorang cenderung untuk menghindar
dari tugas dan situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri mereka, dan
sebaliknya mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang dinilai mampu untuk mereka
lakukan (Bandura, 1977b, dalam Bandura, 1986). Self efficacy yang tinggi
akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan atau tugas yang
kemudian akan meningkatkan kompetensi seseorang. Sebaliknya, self efficacy
yang rendah dapat mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungan dan
kegiatan sehingga dapat menghambat perkembangan potensi yang dimilikinya.
Seseorang
yang memiliki penilaian self efficacy-nya secara berlebihan cenderung
akan menjalankan kegiatan yang jelas di atas jangkauandengan kegagalan
kemampuannya. Akibatnya dia akan mengalami kesulitan-kesulitan yang berakhir
yang sebenarnya tidak perlu terjadi, dan hal ini bisa mengurangi
kredibilitasnya. Sebaliknya, seseorang yang menganggap rendah kemampuannya juga
akan mengalami kerugian, walaupun kondisi ini lebih seperti memberi batasan
pada diri sendiri daripada suatu bentuk keengganan. Melalui kegagalan dalam
mengembangkan potensi kemampuan yang dimiliki dan membatasi
kegiatan-kegiatannya, seseorang dapat memutuskan dirinya dari banyak pengalaman
berharga. Seharusnya ia berusaha untuk mencoba tugas-tugas yang memiliki
penilaian yang penting, tetapi ia justru menciptakan suatu halangan internal
dalam menampilkan kinerja yang efektif melalui pendekatan dirinya pada keraguan
(Bandura, 1986).
b.
Usaha yang dilakukan dan
daya tahan
Penilaian
terhadap efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang akan
dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan bertahan dalam menghadapi
hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self
efficacy seseorang, maka akan semakin besar dan gigih pula usaha yang
dilakukan. Ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self
efficacy tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi
tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi
usahanya atau bahkan menyerah sama sekali (Bandura dan Cervone; Brown dan
Inouye; Schunk; Winberg, Gould, dan Jackson, dalam Bandura, 1986).
c.
Pola berpikir dan reaksi
emosi.
Penilaian
mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi pola berpikir dan reaksi
emosionalnya selama interaksi aktual dan terantisipasi dengan lingkungan. Individu
yang menilai dirinya memiliki self efficacy rendah, merasa tidak mampu
dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan terpaku pada
kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang mungkin timbul lebih berat
dari kenyataannya (Beck; Lazarus dan Launier; Meichenbaum; Sarason, dalam
Bandura, 1986). Sebaliknya, individu yang memiliki self efficacy yang
tinggi akan lebih memusatkan perhatian dan mengeluarkan usaha yang lebih besar
terhadap situasi yang dihadapinya, dan setiap hambatan yang muncul akan
mendorongnya untuk berusaha lebih keras lagi.
Self
efficacy juga dapat membentuk pola berpikir
kausal (Collin, dalam Bandura, 1986). Dalam mengatasi persoalan yang sulit,
individu yang memiliki self efficacy tinggi akan menganggap kegagalan
terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan, sedang yang memiliki self
efficacy rendah lebih menganggap kegagalan disebabkan kurangnya kemampuan
yang ia miliki.
d.
Perwujudan dari keterampilan
yang dimiliki.
Banyak
penelitian membuktikan bahwa self efficacy dapat meningkatkan kualitas
dari fungsi psikososial seseorang (Bandura, 1986). Seseorang yang memandang
dirinya sebagai orang yang self efficacy-nya tinggi akan membentuk
tantangan-tantangan terhadap dirinya sendiri yang menunjukkan minat dan
keterlibatan dalam suatu kegiatan. Mereka akan meningkatkan usaha jika kinerja
yang dilakukan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan, menjadikan kegagalan
sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan, dan memiliki tingkat stres yang
rendah bila menghadapi situasi yang menekan. Individu yang memiliki self
efficacy rendah biasanya akan menghindari tugas yang sulit, sedikit usaha
yang dilakukan dan mudah menyerah menghadapi kesulitan, mengurangi perhatian
terhadap tugas, tingkat aspirasi rendah, dan mudah mengalami stress dalam
situasi yang menekan.
1.1.3.
Faktor Yang
Mempengaruhi Self Efficacy
Menurut
Bandura (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy dapat
diperoleh dari empat prinsip sumber informasi yaitu: (1) pencapaian kinerja (performance
attainment), (2) pengalaman orang lain (vicarious experience), (3)
persuasi verbal (verbal persuasion), dan (4) keadaan dan reaksi
fisiologis (physiological state).
a.
Pencapaian kinerja (Performance
attainment)
Hasil yang
didapatkan secara nyata merupakan sumber penting tentang informasi self
efficacy karena didasari oleh pengalaman otentik yang telah dikuasai
(Bandura,Adam, dan Beyer; Biran dan Wilson; Feltz, Landers, dan Raeder, dalam
Bandura, 1986). Keberhasilan yang diperoleh akan membawa seseorang pada tingkat
self efficacy yang lebih tinggi, sedang kegagalan akan merendahkan self
efficacy, terutama jika kegagalan tersebut terjadi pada awal pengerjaan
tugas dan bukan disebabkan oleh kurangnya usaha atau juga karena hambatan dari
faktor eksternal. Keberhasilan yang terjadi karena bantuan dari faktor
eksternal atau keberhasilan yang dicapai dianggap bukan sebagai hasil dari
kemampuan sendiri tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap peningkatan
self efficacy. Besarnya nilai yang diberikan dari pengalaman baru
tergantung pada sifat dan kekuatan dari persepsi diri yang ada sebelumnya.
Setelah self efficacy terbentuk karena keberhasilan yang berulang,
kegagalan yang muncul tidak memberikan dampak yang besar terhadap penilaian
individu terhadap kemampuannya.
b.
Pengalaman orang lain (vicarious
experience).
Self
efficacy dapat juga dipengaruhi karena
pengalaman dari orang lain. Individu yang melihat atau mengamati orang lain
yang mencapai keberhasilan dapat menimbulkan persepsi self efficacy-nya.
Dengan melihat keberhasilan orang lain, individu dapat meyakinkan dirinya bahwa
ia juga bisa untuk mencapai hal yang sama dengan orang yang dia amati. Ia juga
meyakinkan dirinya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia juga harus dapat
melakukannya. Jika seseorang melihat bahwa orang lain yang memiliki kemampuan
yang sama ternyata gagal meskipun ia telah berusaha dengan keras, maka dapat
menurunkan penilaiannya terhadap kemampuan dia sendiri dan juga akan mengurangi
usaha yang akan dilakukan (Brown dan Inouye, dalam Bandura, 1986).
Ada
kondisi-kondisi dimana penilaian terhadap self efficacy khususnya
sensitif pada informasi dari orang lain. Pertama adalah ketidak pastian
mengenai kemampuan yang dimiliki individu. Self efficacy dapat diubah
melalui pengaruh modeling yang relevan ketika seseorang memiliki sedikit
pengalaman sebagai dasar penilaian kemampuannya. Karena pengetahuan yang
dimiliki tentang kemampuan diri sendiri sangat terbatas, maka individu tersebut
lebih bergantung pada indikator yang dicontohkan (Takata dan Takata, dalam
Bandura, 1986). Kedua adalah penilaian self efficacy selalu berdasarkan
kriteria dimana kemampuan dievaluasi (Festinger; Suls dan Miller, dalam
Bandura, 1986). Kegiatan yang bisa memberikan informasi eksternal mengenai
tingkat kinerja dijadikan dasar untuk menilai kemampuan seseorang. Tetapi,
sebagian besar kinerja tidak memberikan informasi yang cukup memenuhi, sehingga
penilaian self efficacy diukur melalui membandingkannya dengan kinerja
dari orang lain (Bandura, 1986).
c.
Persuasi verbal (Verbal
Persuasion)
Persuasi
verbal digunakan untuk memberikan keyakinan kepada seseorang bahwa ia memiliki
suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai apa yang diinginkan. Seseorang yang
berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukkan suatu usaha yang lebih keras
jika dibandingkan dengan individu yang memiliki keraguan dan hanya memikirkan
kekurangan diri ketika menghadapi suatu kesulitan. Namun, peningkatan keyakinan
individu yang tidak realistis mengenai kemampuan diri hanya akan menemui
kegagalan. Hal ini dapat menghilangkan kepercayaan orang lain kepada orang yang
mempersuasi dan juga akan mengurangi self efficacy orang yang
dipersuasi.
d.
Keadaan dan reaksi
fisiologis (Physiological state)
Seseorang
menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai sumber informasi untuk memberikan
penilaian terhadap kemampuan dirinya. Individu merasa gejala-gejala somatik
atau ketegangan yang timbul dalam situasi yang menekan sebagai pertanda bahwa
ia tidak dapat untuk menguasai keadaan atau mengalami kegagalan dan hal ini
dapat menurunkan kinerjanya. Dalam kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan
stamina tubuh, seseorang merasa bahwa keletihan dan rasa sakit yang dia alami
merupakan tanda - tanda kelemahan fisik, dan hal ini menurunkan keyakinan akan
kemampuan fisiknya.
Daftar pustaka minta
ReplyDeleteDaftar pustaka minta
ReplyDeleteTeorinya self efficacy apa ya? Bantu dong
ReplyDeleteIndikator dr self efficacy donk
ReplyDelete